Saya anak muda dengan ini bersumpah dengan sesungguh-sungguhnya
Akan selalu lantang teriakkan kebenaran diatas kedustaan zaman
Akan selalu berada di garda depan para demonstran
Akan selalu melibas setiap ketidak adilan
Akan selalu mendorong dan mengobar semangat
Tebas gilas setiap tabir kemunafikan
Ayo ganyang koruptor dan calo birokrasi
Karena Saya adalah Pemuda
Saya punya tenaga
Saya punya suara
Itulah sumpah saya selagi masih muda
Mumpung saya masih muda
Karena bila saya sudah setengah tua dan duduk disana
Mungkin saya sudah lupa
Dengan sumpah saya
Seperti koruptor disana
Dulu adalah pemuda
yang juga punya sumpah yang sama
dengan saya
Karena korupsi telah menjadi
Sila Keenam
Negeri ini
(Bogor, 28 Oktober 2011)
Senin, 07 November 2011
Cerpen : Kalian Semua Akan Berhenti Memanggilku BANCI!
Usiaku sudah menginjak kepala tiga. Teman sebayaku satu persatu sudah menikah, meskipun ada yang cerai lagi, ada yang belum dikaruniai buah hati tapi inilah yang selalu melecut perasaanku hari demi hari. Betapa orang-orang sekitarku harap-harap cemas menanti keputusanku untuk menikah. Ya....menikah dengan wanita dan menjalani kehidupan normal. Inilah keinginanku satu-satunya saat ini.
Bukannya aku nggak berusaha mencari calon istri. Setiap kali mendekati wanita aku selalu berupaya tampil maskulin, tapi ketika mulai asyik bercengkerama tanpa sadar muncul begitu saja gaya bicaraku seperti seorang wanita, dan akhirnya yang terjadi bukan lagi seperti seorang lelaki berbicara dengan wanitanya tapi lebih mirip ajang ngerumpi-nya para gadis.....ampyuuunnn dueeehhh...!!
Aneh juga, body language-ku katanya mirip lenggak-lenggok seorang wanita. Padahal aku sudah berusaha mati-matian merubah gaya yang sejak dari balita sudah seperti itu. Emaaak....Bapaaak,.....apa yang salah dengan anakmu ini???? Ngidam apa sih waktu hamil aku dulu...????
Jujur, setiap pagi "burung"ku juga bangun lebih dulu, dan aku juga tertarik dengan wanita lawan jenisku. Meski kadang aku juga merasa "serr" bila bertemu pria tampan.
Sebagian temanku menghibur, "si fulan juga gaya dan bicaranya kayak kamu gini, tapi dia nikah dan bisa menghamili istrinya, sekarang dia punya empat orang anak!"
Aku harus bertekad bulat-bulat. Kalau banyak orang di kampungku sudah tertanam image ke-bancian-ku, sebaiknya aku cari saja calon istri dari luar kampungku.
Aku akan buktikan bahwa aku adalah laki-laki sejati dan kalian semua akan berhenti memanggilku BANCI.
Bukannya aku nggak berusaha mencari calon istri. Setiap kali mendekati wanita aku selalu berupaya tampil maskulin, tapi ketika mulai asyik bercengkerama tanpa sadar muncul begitu saja gaya bicaraku seperti seorang wanita, dan akhirnya yang terjadi bukan lagi seperti seorang lelaki berbicara dengan wanitanya tapi lebih mirip ajang ngerumpi-nya para gadis.....ampyuuunnn dueeehhh...!!
Aneh juga, body language-ku katanya mirip lenggak-lenggok seorang wanita. Padahal aku sudah berusaha mati-matian merubah gaya yang sejak dari balita sudah seperti itu. Emaaak....Bapaaak,.....apa yang salah dengan anakmu ini???? Ngidam apa sih waktu hamil aku dulu...????
Jujur, setiap pagi "burung"ku juga bangun lebih dulu, dan aku juga tertarik dengan wanita lawan jenisku. Meski kadang aku juga merasa "serr" bila bertemu pria tampan.
Sebagian temanku menghibur, "si fulan juga gaya dan bicaranya kayak kamu gini, tapi dia nikah dan bisa menghamili istrinya, sekarang dia punya empat orang anak!"
Aku harus bertekad bulat-bulat. Kalau banyak orang di kampungku sudah tertanam image ke-bancian-ku, sebaiknya aku cari saja calon istri dari luar kampungku.
Aku akan buktikan bahwa aku adalah laki-laki sejati dan kalian semua akan berhenti memanggilku BANCI.
Senin, 24 Oktober 2011
Wahai Pemimpin, Belajarlah pada Juru Masak!
Sebagian orang menganggap profesi juru masak adalah pekerjaan rendah dan tidak bisa dibanggakan. Padahal, sebuah rumah makan tidak akan mampu bertahan tanpa memiliki juru masak yang diandalkan. Restoran juga akan sepi pembeli bila tidak bisa menghadirkan citarasa masakan yang enak.
Aktivitas masak-memasak adalah seni menggabungkan
bahan baku dengan aneka bumbu yang memiliki aneka rasa yang berbeda dan dengan komposisi yang tepat maka akan
tercipta masakan dengan citarasa yang enak untuk dinikmati. Setiap bumbu
memiliki rasa yang khas dan fungsi yang berbeda satu sama lain, sehingga
diperlukan sentuhan dalam memadukan semua perbedaan yang ada. Ketidakmampuan
memadukan perbedaan yang dimiliki setiap bumbu akan menghasilkan citarasa yang
ngaco dan sulit dinikmati seperti terlalu asin, terlalu pedas, atau malah terlalu
hambar.
Tidak berlebihan bila kita sebut juru masak
adalah manajer yang mengatur fungsi dan peran setiap bahan baku dan bumbu yang
dipadu dalam sebuah masakan. Tidak berlebihan pula bila kita sebut juru masak
adalah pemimpin yang mengatur kapan bahan baku dan bumbu dipadukan, serta
berapa besar peran dan tanggung jawab setiap bumbu untuk memberikan rasa pada
setiap masakan. Sehingga setiap peran tidak dilakukan over lapping.
Seandainya pemimpin kita banyak belajar
pada juru masak tentu dalam menyusun kombinasi staf dan pembantunya akan
mempertimbangkan setiap kemampuan dan kompetensi yang ada pada staf dan
pembantunya tersebut. Karena dialah Pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan dan bertanggung jawab atas apa yang ia pimpin.
Pelatih sepakbola adalah pemimpin atas
skuad kesebelasan sepakbola. Keberhasilan sebuah tim adalah keberhasilan ia
meramu para pemain yang ditunjukkan oleh keberhasilan mencapai kemenangan dalam
suatu pertandingan. Tidak perlu ragu dan menunggu masukan sana-sini untuk
mengambil keputusan, karena ia adalah pemimpin, dan show must go on.....
Presiden adalah pemimpin, sehingga tidak
perlu menunggu masukan sana-sini dalam menentukan susunan kabinetnya.
Keberhasilan kinerja kabinet adalah keberhasilan presiden sebagai pemimpin,
bukan keberhasilan koalisi. Demikian juga bila terjadi kegagalan juga tanggung
jawab presiden sebagai pemimpin bukan tanggung jawab koalisi.
Dan semoga saja Menkumham yang baru
dilantik juga sudah tidak “jetlag” lagi dengan jabatan yang baru diterimanya. Mosok menjalankan tugas Kementerian Hukum dan
Ham dengan dua kepala Menteri dan Wakil
Menteri. Terus nanti yang bertanggung jawab siapa? Nah kalau memiliki kebijakan
yang saling berseberangan, siapa yang mengambil keputusan dan tanggung jawab??
Sop Konro Dapur Masjunet
Liburan Sabtu pagi, awalnya sih pengen bikin sop iga seperti biasa, tapi setelah sampai rumah baru terpikir kenapa nggak bikin menu yang lain dari biasanya ya.....
Setelah googling sejenak akhirnya ketemu resep "sop konro" Makassar. Resep menu ini nggak jauh-jauh amat dengan sop biasa dan cukup mudah mencari bumbunya di pasar,
Dan inilah resep praktisnya :
Bahan dasar :
2 kilogram iga sapi
Wortel dan Kembang kol seperlunya (untuk campuran dan pelengkap nutrisi)
Bumbu kasar :
5 lembar daun salam
2 cm lengkuas (memarkan)
2 buah kayu manis masing-masing 2 sentimeter
1 sendok makan cengkeh
5 butir bawang merah diiris tipis
Daun bawang secukupnya
Bumbu halus :
10 butir bawang putih
7 butir bawang merah
1 sendok makan lada butiran
1 sendok teh pala bubuk
5 butir kluwek ambil isinya
garam secukupnya
Cara memasak :
Rebus iga sapi, campurkan daun salam, lengkuas, kayu manis, dan cengkeh hingga daging empuk.
Tumis bumbu halus dan bawang merah iris sampai harum, masukkan ke dalam rebusan daging. Masukkan wortel dan kembang kol, tambahkan irisan daun bawang.
Tunggu beberapa saat, angkat dan hidangkan dengan sambal dan jeruk nipis.
Selamat mencoba.
Minggu, 23 Oktober 2011
Sepeda
Asal mula kata sepeda berasal dari kata velocipede, pertama kali ditemukan di Perancis, yaitu alat bantu berbentuk dengan dua roda dan konstruksi rangka dari bahan kayu, tanpa engkol untuk mengayuh dan tanpa stang. Bisa dibayangkan fungsinya mungkin hanya bisa meluncur tanpa bisa dikendalikan apalagi di rem. Pada tahun 1818 di Jerman, Mister Baron Karls Drais Von Sauerbronn mengutak-atik bentuk sepeda agar lebih enak digunakan. Hasilnya malah mirip kereta kuda daripada bentuk sepeda, sehingga banyak yang menyebut hasil karyanya dengan sebutan dandy horse.
Sepeda masa kini telah mencapai bentuk dan manfaat beraneka ragam. Di pedesaan, manfaat utama sepeda adalah untuk alat transportasi, baik untuk transportasi biasa bagi si pengendaranya maupun untuk mengangkut beban seperti barang dagangan, hasil pertanian, dan lainnya. Bentuk sepeda dengan bahan rangka dari besi sangat cocok untuk kebutuhan tersebut. Biasanya dilengkapi dengan lampu dengan dinamo kecil yang digerakkan oleh roda, untuk menerangi perjalanan malam hari. Sepeda kumbang atau disebut sepeda laki-laki karena terdapat sambungan pipa tepat dibawah sadel hingga dibawah kemudi/stang.
Sepeda jenis inilah pertama kali saya belajar. Waktu itu karena postur tubuh saya belum bisa menjangkau duduk diatas sadel dan bersandar dengan sebelah kaki ke tanah, maka saya mencoba dengan cara "kodok" yaitu mengayuh dengan posisi kaki kanan masuk menjangkau pedal melalui bawah besi "selakangan". Dengan posisi badan disamping kiri saya mencoba sedikit demi sedikit mengayuh sepeda sambil menjaga keseimbangan. Sempat beberapa kali terjatuh dan mulut berdarah karena saat posisi jatuh mengenai ujung stang.
Sadel sepeda ini biasanya terbuat dari kulit asli dengan anyaman per dibawahnya, sehingga terasa empuk saat mengendarai meskipun sepeda tidak dilengkapi shock breaker seperti sepeda jaman sekarang. Tapi yang paling tidak enak dengan jok seperti ini, saya sering bermasalah dengan celana seragam sekolah karena kain bagian pantat lebih cepat tipis dan sobek akibat sering bergesekan dengan jok sadel, tapi keuntungannya jok sadel semakin mengkilap, wowww.....!
Dulu saya paling seneng kalo main di rumah pakdhe, karena bisa pinjam sepeda punya beliau untuk putar-putar keliling kampung. Maklum, punya bapak saya yang satu-satunya dipakai untuk transportasi pulang-pergi ke tempat kerja. Waktu itu saya kepengen buaanget punya sepeda BMX supaya bisa tril-trilan dan jumping dengan gundukan tanah, tapi apa daya.....nggak kesampaian, he he he,......kaciaaannn....
Nah...kalo sekarang sepeda sudah bermacam-macam bentuk dan bahan bakunya. Dulu masih melulu bahan dasar besi hi-ten, sekarang sudah banyak yang terbuat dari aluminium, scandium, carbon bahkan titanium seperti bahan raket saja.
Sepeda masa kini telah mencapai bentuk dan manfaat beraneka ragam. Di pedesaan, manfaat utama sepeda adalah untuk alat transportasi, baik untuk transportasi biasa bagi si pengendaranya maupun untuk mengangkut beban seperti barang dagangan, hasil pertanian, dan lainnya. Bentuk sepeda dengan bahan rangka dari besi sangat cocok untuk kebutuhan tersebut. Biasanya dilengkapi dengan lampu dengan dinamo kecil yang digerakkan oleh roda, untuk menerangi perjalanan malam hari. Sepeda kumbang atau disebut sepeda laki-laki karena terdapat sambungan pipa tepat dibawah sadel hingga dibawah kemudi/stang.
Sepeda jenis inilah pertama kali saya belajar. Waktu itu karena postur tubuh saya belum bisa menjangkau duduk diatas sadel dan bersandar dengan sebelah kaki ke tanah, maka saya mencoba dengan cara "kodok" yaitu mengayuh dengan posisi kaki kanan masuk menjangkau pedal melalui bawah besi "selakangan". Dengan posisi badan disamping kiri saya mencoba sedikit demi sedikit mengayuh sepeda sambil menjaga keseimbangan. Sempat beberapa kali terjatuh dan mulut berdarah karena saat posisi jatuh mengenai ujung stang.
Sadel sepeda ini biasanya terbuat dari kulit asli dengan anyaman per dibawahnya, sehingga terasa empuk saat mengendarai meskipun sepeda tidak dilengkapi shock breaker seperti sepeda jaman sekarang. Tapi yang paling tidak enak dengan jok seperti ini, saya sering bermasalah dengan celana seragam sekolah karena kain bagian pantat lebih cepat tipis dan sobek akibat sering bergesekan dengan jok sadel, tapi keuntungannya jok sadel semakin mengkilap, wowww.....!
Dulu saya paling seneng kalo main di rumah pakdhe, karena bisa pinjam sepeda punya beliau untuk putar-putar keliling kampung. Maklum, punya bapak saya yang satu-satunya dipakai untuk transportasi pulang-pergi ke tempat kerja. Waktu itu saya kepengen buaanget punya sepeda BMX supaya bisa tril-trilan dan jumping dengan gundukan tanah, tapi apa daya.....nggak kesampaian, he he he,......kaciaaannn....
Nah...kalo sekarang sepeda sudah bermacam-macam bentuk dan bahan bakunya. Dulu masih melulu bahan dasar besi hi-ten, sekarang sudah banyak yang terbuat dari aluminium, scandium, carbon bahkan titanium seperti bahan raket saja.
Rabu, 12 Oktober 2011
Sastra Jalan Raya
Saat berkendara di jalan raya, kadang saya tersenyum sendiri, kadang sampai ngakak, kadang malah geleng kepala saat membaca aneka stiker yang melekat di kendaraan depan saya.
Aneka macam tulisan yang sebagian besar di tempel di bagian belakang kendaraan, tentu saja jika ditempel di bagian depan ya nggak sempat terbaca!
Mungkin tulisan-tulisan tadi merupakan ungkapan maksud si pengendara atau pemilik kendaraan tersebut.
Coba kita tafsirkan beberapa tulisan ini :
YANG PINJAM ISI BENSIN : artinya kendaraan itu sering dipinjam asal pinjam dan si peminjam pura-pura lupa isi bahan bakarnya.
BURONAN DILER : sudah pasti kendaraan itu bukan kriditan atau baru lunas tempo hari, hanya ingin menyindir atau mengingatkan kendaraan dibelakangnya bahwa akhir-akhir ini banyak sekali mata-mata lising di perempatan lampu merah, ciri-cirinya ; bawa buku tebal sambil memperhatikan contekan berisi nomor plat kendaraan yang pada berhenti.
YANG NGGAK SABAR SILAHKAN TERBANG : ini juga pesan buat kita yang kadang nggak sabar dengan kemacetan, apalagi pengendara motor yang main selap-selip seolah dia sendiri yang harus duluan.
SEPEDA MOTOR GUNAKAN LAJUR SEBELAH KIRI ARTINYA ORANG MISKIN HARUS MINGGIR : waduh….yang ini silahkan ditafsirkan sendiri ya!
KELUARGA BESAR POLISI MILITER : nggak jelas maksud tulisan ini, mungkin benar si pemilik kendaraan adalah keluarga besar kesatuan ini atau hanya sekedar gagah-gagahan di jalan, faktanya stiker ini bisa dibeli bebas.
PERS : apakah dengan stiker ini boleh ngebut, melanggar lalu lintas, polisi takut menilang? jawabannya suka-suka anda! mau ngebut silahkan!, jungkir balik, nyerempet kendaraan lain, tanggung sendiri akibatnya. Salah ya tetap tilang, nggak pandang bulu, ya nggak pak polantas???
MONGGO SILAHKAN DULUAN, HATI-HATI NGGIH! : pesan inilah yang bikin adem hati, tapi kadang bikin gregetan juga karena pengendara justru tidak mencerminkan pesannya, jalannya lambat tapi pakai jalur tengah….
YANG MIRIP MONYET SILAHKAN NYALIP : duh…kasihan banget si pengendaranya nggak ngerti maksud tulisan ini, MIRIP MONYET berarti bukan monyet! seharusnya diganti YANG MIRIP MANUSIA SILAHKAN NYALIP.
Ada juga stiker yang bikin geerrrrr ;
BARU TOBAT JANGAN DIAJAK MAKSIAT
BELUM LUNAS JANGAN DITABRAK
dan masih banyak lagi stiker-stiker bersliweran, silahkan diperhatikan dan jangan diambil hati! dijamin enjoy berkendara di jalan raya.
Selasa, 11 Oktober 2011
Pizza Mie Quick Melt
Resep Pizza Mie Quick Melt
Suatu saat anak anda bosen dengan bekal makanan ringan untuk di sekolah, boleh mencoba resep ini.
Bahan-bahan : Mie Telor 1 bungkus
Telor Ayam 3 butir
Keju Quick melt sesuai selera.
Wortel
Bumbu-bumbu : Garam, lada halus, daun bawang.
Cara membuat :
Mie telor diseduh dengan air panas dan diaduk-aduk hingga lunak, tiriskan dan siram dengan air dingin supaya mie tidak terlalu lembek.
Wortel diparut kasar
keju quick melt dipotong dadu
Campur-aduk bahan-bahan diatas kecuali keju quick melt, tambahkan garam, lada halus dan daun bawang.
Tuang adonan ke dalam loyang/pyrex, taburkan potongan keju diatasnya dan oven selama 15 menit .
Hidangkan dengan saus sambal.....hmmmm pedasss!!!!
Selamat mencoba.
Salam Dapur Masjunet
Minggu, 09 Oktober 2011
Mie Aceh Dapur Masjunet
MIE ACEH DAPUR MASJUNET
Meskipun saya orang jawa tapi lidah ini bisa menikmati masakan dari pulau Sumatera atau masakan melayu yang kaya akan rempah-rempah. Salah satunya adalah mie aceh yang jadi langganan di jalan Margonda Depok.
Penasaran juga dengan bumbu apa sih yang bisa bikin lidah bergoyang ketika menikmati mie aceh, maka saya mencoba tanya "mbah google" dan akhirnya ketemu juga resepnya.
Masakan mie aceh dengan bahan dasar mie yang khas dengan ukuran lebih besar dari mie telor biasa dan lebih kecil dari spagheti.
Tak apalah kali ini saya menggunakan mie telor cap "Atom Bulan" yang memiliki ukuran hampir sama dengan mie aceh/medan.
Bahan-bahan (untuk 6 porsi) :
- mie telor 2 bungkus
- 250 gram udan kupas
- 250 gram daging kambing/sapi
- tauge Rp 2 ribu perak
- daun bawang +sledri Rp 1 ribu perak
- tomat 2 butir
- bawang merah 5 siung
- bawang putih 5 siung
- cabe merah 6 buah
- jinten 1 sendok teh
- kapulaga 8 butir
- lada butir 1 sendok teh
- kecap asin
- bumbu bubuk kari kambing 1 sendok makan
- garam secukupnya
Cara membuat :
1. Mie diseduh dengan air panas, aduk-aduk hingga empuk, tiriskan dan siram dengan air dingin supaya mie tidak terlalu lunak.
2. Semua bahan seperti tauge, seledri, daun bawang, bawang putih, bawang merah, cabe, tomat, semua dicuci, jangan jorok!!
3. Bumbu yang dihaluskan : cabe merah, bawang merah, bawang putih, lada, kapulaga, jinten.
4. Semua bumbu halus ditumis dengan api sedang hingga harum
5. Masukkan air 200 cc aduk-aduk, masukkan daging dan udang kupas aduk-aduk hingga mendidih, tambahkan garam dan kecap asin secukupnya.
6. Masukkan mie, sledri, daun bawang, tauge dan aduk-aduk hingga merata, pelan-pelan saja hingga bumbu menyatu dengan mie.
7. Cicipi sedikit untuk memastikan rasa sesuai yang diharapkan.
8. Angkat dan siap disajikan. Mudah kan???
Selamat mencoba.
Salam Dapur Masjunet
Meskipun saya orang jawa tapi lidah ini bisa menikmati masakan dari pulau Sumatera atau masakan melayu yang kaya akan rempah-rempah. Salah satunya adalah mie aceh yang jadi langganan di jalan Margonda Depok.
Penasaran juga dengan bumbu apa sih yang bisa bikin lidah bergoyang ketika menikmati mie aceh, maka saya mencoba tanya "mbah google" dan akhirnya ketemu juga resepnya.
Masakan mie aceh dengan bahan dasar mie yang khas dengan ukuran lebih besar dari mie telor biasa dan lebih kecil dari spagheti.
Tak apalah kali ini saya menggunakan mie telor cap "Atom Bulan" yang memiliki ukuran hampir sama dengan mie aceh/medan.
Bahan-bahan (untuk 6 porsi) :
- mie telor 2 bungkus
- 250 gram udan kupas
- 250 gram daging kambing/sapi
- tauge Rp 2 ribu perak
- daun bawang +sledri Rp 1 ribu perak
- tomat 2 butir
- bawang merah 5 siung
- bawang putih 5 siung
- cabe merah 6 buah
- jinten 1 sendok teh
- kapulaga 8 butir
- lada butir 1 sendok teh
- kecap asin
- bumbu bubuk kari kambing 1 sendok makan
- garam secukupnya
Cara membuat :
1. Mie diseduh dengan air panas, aduk-aduk hingga empuk, tiriskan dan siram dengan air dingin supaya mie tidak terlalu lunak.
2. Semua bahan seperti tauge, seledri, daun bawang, bawang putih, bawang merah, cabe, tomat, semua dicuci, jangan jorok!!
3. Bumbu yang dihaluskan : cabe merah, bawang merah, bawang putih, lada, kapulaga, jinten.
4. Semua bumbu halus ditumis dengan api sedang hingga harum
5. Masukkan air 200 cc aduk-aduk, masukkan daging dan udang kupas aduk-aduk hingga mendidih, tambahkan garam dan kecap asin secukupnya.
6. Masukkan mie, sledri, daun bawang, tauge dan aduk-aduk hingga merata, pelan-pelan saja hingga bumbu menyatu dengan mie.
7. Cicipi sedikit untuk memastikan rasa sesuai yang diharapkan.
8. Angkat dan siap disajikan. Mudah kan???
Selamat mencoba.
Salam Dapur Masjunet
Rabu, 14 September 2011
SMS Geblek.....!
- Pelanggan INDOSAT 0815870xxxx Total Hadiah 100 juta Anda belum diambil? Silahkan Cek *463*55#. Rp2rb/mgg. Nikmati GAME SERU SEPUASNYA GRATIS. CS:02127243008.
Mungkin sekali waktu anda pernah menerima SMS dari salah satu operator telepon seluler yang bunyinya nggak jauh beda dari kalimat diatas. Dermawan sekali, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba memberi hadiah ratusan juta tanpa sebab, bukan sanak-bukan saudara.....!
SMS serupa tapi tak sama juga saya terima dari operator seluler Telkomsel, meski tidak seprovokatif dari INDOSAT, begini bunyinya :
Kepada Pelanggan Yth. Silahkan cek di *467*95# u/ dpt Pulsa 20Rb KHUSUS 20 org HARI INI. Raih info terbaru selebrity. 2rb/sms/hari. CS.02145869935.
Jika anda tergiur dengan tawaran dari sang dermawan tadi, coba saja ikuti perintahnya, DIJAMIN pasti anda akan merasakan pengalaman dibodohi oleh orang pintar dibalik layanan SMS baik hati itu.
SMS JEBAKAN, begitulah kira-kira tepatnya. Karena begitu anda mengikuti perintah untuk mengecek hadiah ratusan juta atau pulsa ribuan itu, tanpa disadari anda telah melakukan registrasi layanan SMS PREMIUM dan SELAMAT!!! Pulsa anda telah terpotong dan hadiah-pun tak ada!!! Yang anda terima justu SMS info Selebritis dan lain-lain yang nggak anda inginkan bukan? Karena sebenarnya yang anda inginkan adalah hadiah yang menggiurkan itu, kasihan-kasihan-kasihan.
Begitu anda sadar telah tertipu dan melakukan proses UNREG, anda-pun dikenakan biaya! Itupun kadang tidak cukup sekali proses.
Saya pernah iseng-iseng menelepon CS-nya operator selular dan mendapat jawaban bahwa penyelenggara SMS Premium adalah vendor lain yang bekerjasama dengan operator selular atau content provider istilah orang pinternya.
Pertanyaannya sederhana, kenapa operator sebesar INDOSAT, TELKOMSEL dan lainnya tidak melakukan review lebih dulu konten apa yang akan di-broadcast semacam contoh diatas yang jelas-jelas mengandung unsur penipuan? Atau barangkali ada unsur kesengajaan karena sudah pasti operator akan mendapat cipratan rejeki dari tarif premium-nya. Sehingga bila terlalu ketat akan tidak menarik bagi vendor layanan SMS Premium dan ini akan berkorelasi dengan cipratan rejeki tadi.
Begitu banyak pengaduan masyarakat tentang hal ini, dan walhasil ada tanggapan dari Kemenkominfo dengan mengadakan "event" pertemuan dengan operator seluler hari ini, Rabu 5 Oktober 2011. Hasilnya??? Pak Gatot Dewobroto Humas Kemenkominfo mengumumkan bahwa tidak ada niat sedikitpun dari operator seluler untuk merugikan konsumen dengan menyedot pulsa.
Lelucon apa lagi ini??? ya jelas nggak niat lah pak! tapi faktanya operator seluler bekerjasama dengan content provider semacam nomor 9393 dan lain-lain dengan bermain-main kata megelabuhi konsumen. Begitu konsumen masuk perangkap dan terpangkas pulsanya setiap kali dikirimi SMS. Logika sederhana, tidak mungkin operator seluler tidak menerima keuntungan dari ulah yang begituan, dan nggak mungkin juga operator seluler nggak tahu content yang dibroadcast oleh content provider karena setiap lalulintas data melalui server milik operator seluler.
Apapun bentuknya, bila merugikan konsumen pasti ada suatu aturan yang dilanggar. Dan law enforcement ada ditangan Pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo. Jangan malah berbicara layaknya public relation-nya operator seluler deh.....
Jangan-jangan.....ada udang dibalik koper!!!
Senin, 22 Agustus 2011
LAYANAN PRIMA PADA BANK SYARIAH
Sebagai sebuah entitas bisnis bidang jasa, Perbankan Syariah dihadapkan pada sebuah fakta bahwa perilaku konsumen semakin cerdas dan selalu berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan baik secara mikro maupun makro. Konsumen tidak hanya memanfaatkan jasa yang ditawarkan berikut kelebihannya, namun lebih dari itu akan memperhatikan bagaimana sebuah layanan diberikan.
Kepuasan pelanggan adalah kunci sukses dalam bisnis jasa Perbankan Syariah. Tujuan ini tentunya dapat dicapai salah satunya dengan cara layanan prima (services excellent). Konsep utamanya adalah bagaimana nasabah merasa nyaman dan mudah dalam tiap proses menikmati produk-produk Bank Syariah. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits “Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan memudahkan urusannya baik di dunia maupun di akhirat” (HR.Muslim).
Seorang calon nasabah yang ingin memanfaatkan jasa Bank Syariah menunjukkan bahwa sebenarnya ia telah memiliki ketertarikan awal pada produk bank syariah. Momemtum inilah yang harus dimanfaatkan oleh Sumber Daya Insani (SDI) pada Bank Syariah untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang keunggulan sistem Perbankan Syariah dibanding sistem Perbankan Konvensional. Sumber Daya Insani Bank Syariah sebenarnya juga menjalankan fungsi dakwah aplikatif dari menyeru dalam hal kebaikan atas prinsip bagi hasil dan memberikan pemahaman akan bahayanya riba. Namun demikian nasabah juga tidak hanya mempertimbangkan kehalalan produk bank syariah tetapi lebih jauh akan menilai seberapa baik pelayanannya.
Pelayanan kepada nasabah meliputi :
1.Kondisi fisik antara lain bangunan, tata letak ruangan, kebersihan dan kenyamanan.
2.Produk yang ditawarkan kepada nasabah melalui proses pengembangan dari produk-produk yang diinginkan nasabah saat ini. Tidak selamanya bank syariah melakukan pemasaran produk melalui pendekatan “halal-haram”. Karena sebenarnya nasabah menginginkan produk yang sudah pasti halal namun memberikan keuntungan yang lebih baik dari bank konvensional serta kemudahannya seperti tersedianya jaringan ATM dan sebagainya.
3.Pelayanan front liner;
-Satpam membukakan pintu dan menyapa dengan salam dan senyuman kepada nasabah yang datang dan pergi.
-Customer Services yang memiliki pemahaman produk (product knowledge) dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam menjelaskan kepada nasabah. Mampu menerima pengaduan nasabah baik secara langsung maupun melalui komunikasi jarak jauh.
-Teller : melayani nasabah dengan ramah, cepat dan akurat dalam meng-entry transaksi.
Untuk menjaga kualitas pelayanan hendaknya dilakukan pola pengawasan pelaksanaan serta memberikan penghargaan kepada pegawai atas prestasi terbaiknya memberikan pelayanan kepada nasabah.
Aspek layanan nasabah meliputi :
1.SENYUM
Senyum adalah bahasa tubuh yang paling mudah dipahami. Senyum dalam kaitannya dengan layanan prima adalah senyum dengan menghadirkan hati, sehingga akan memancarkan sinyal ketulusan bagi setiap nasabah. Seorang nasabah yang datang dengan disambut senyuman oleh petugas front office akan merasa nyaman dan diterima kehadirannya.
Tiap-tiap amalan makruf (kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi embermu untuk diisikan ke mangkuk kawanmu. (HR. Ahmad)
2.SAPA
Segera lanjutkan dengan menyapa nasabah dengan ucapan salam “assalamualaikum....” dan tunjukkan kesiapan untuk membantu dengan mengucapkan “Bapak/Ibu ada yang bisa kami bantu?”
Dari Abu Ayyub Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak halal bagi muslim memutuskan persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu, lalu seorang berpaling dan lainnya juga berpaing. Yang paling baik di antara keduanya ialah memulai mengucapkan salam. Muttafaq Alaihi.
3.DENGAR
Beberapa nasabah memiliki tipe dan karakter yang berbeda-beda, ada yang biasa berbicara dan mengemukakan tujuannya datang ke bank syariah, sebagian ada yang sebaliknya atau bahkan cenderung pendiam. Disinilah peran SDI bank syariah untuk berkomunikasi dengan nasabah, sehingga nasabah merasa diarahkan untuk menemukakan tujuan yang sebenarnya telah ia fikirkan. Dengarkan apa yang nasabah sampaikan agar bisa menentukan solusi apa yang akan diberikan.
4.BANTU
Setelah memahami keinginan nasabah, segeralah membantunya. Berikan solusi terbaik dan tercepat agar tercapai kepuasan maksimal bagi nasabah. Sebaik apapun solusi yang diberikan bila tidak dilakukan secara cepat akan mengurangi nilainya. Anggap saja nasabah yang datang ke bank syariah adalah orang-orang yang sibuk dan memiliki banyak urusan yang akan diselesaikan pada kesempatan berikutnya.
Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Alloh akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Alloh akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat (Hadits dengan redaksi seperti ini diriwayatkan oleh Muslim)
Layanan prima (services excellent) merupakan aspek penting dalam keberhasilan merebut hati nasabah. Nasabah sebagai manusia, apabila mereka juga diperlakukan secara manusiawi (people behavioral oriented) maka mereka tidak sekedar mendapatkan kepuasan tetapi mendapatkan suatu kegembiraan atau kesenangan. Hal ini merupakan sebuah pengalaman emosional yang mengesankan bagi pelanggan dan mendorong terjadinya loyalitas. Oleh karena itu, Perbankan Syariah harus melakukan pengelolaan services quality untuk dapat merebut dan mempertahankan kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Lebih jauh lagi, Perbankan Syariah juga harus membuat pelanggan bukan hanya sekedar merasakan kepuasan (satisfaction). Karena pelanggan yang puas masih terbuka kemungkinan untuk beralih ke produk perusahaan lain atau produk pesaing. Sehingga Perbankan Syariah harus dapat menciptakan perasaan dan pengalaman yang menyenangkan bagi nasabah (customer delight).
Kamis, 18 Agustus 2011
METODE DAKWAH SYEH AHMAD MUTAMAKKIN
A. PENDAHULUAN
Penyebaran Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dan kiprah perjalanan orang-orang suci yang sangat legendaris dalam cerita lisan orang Jawa-Islam yang sangat populer dengan sebutan Wali berjumlah sembilan atau Walisongo. Meskipun terkenal dengan sebutan Walisongo diduga kemungkinan besar sebenarnya jumlah yang sesungguhnya lebih dari itu, namun angka sembilan dalam mitologi Jawa memiliki makna tersendiri, dan kesembilan Wali yang populer dan diyakini masyarakat sebagai penyebar Islam pertama di Jawa adalah: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunungjati.
Kesembilan Wali tersebut diyakini oleh masyarakat Jawa memiliki kemampuan linuwih baik secara fisik maupun spiritual, bahkan mereka dianggap mampu melakukan hal-hal yang sulit untuk diterima secara akali, merubah pohon pinang jadi emas dan membuat soko masjid dari pasahan kayu. Lepas dari perdebatan apakah cerita lisan itu benar atau salah yang jelas para Wali yang jumlahnya sembilan itu memilki kemampuan lebih dalam arti yang rasional dan ilmiah yaitu mereka sebagai pendatang yang berusaha merintis sebuah ajaran dan ideologi baru mampu melakukan strategi yang jitu dalam mencari celah-celah nilai antara tradisi dan keyakinan lama ( Hindu-Budha) dengan tradisi dan keyakinan baru (Islam) dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan, sehingga Islam sebagai nilai-nilai baru dengan strategi yang mereka bangun bisa diterima, bahkan sekarang menjadi ajaran mayoritas di Indonesia.
Strategi dan taktik inilah sebenarnya yang sekarang diwarisi oleh lembaga pendidikan yang namanya pesantren, karena memang secara historis keberadaan pesantren tidak bisa terlepas dari sejarah keberadaan para Wali tersebut. Penjagaan harmoni dan penghormatan terhadap nilai-nilai lama dan lokalitas sangat dijunjung tinggi di dalam proses akulturasi dan integrasi yang mereka lakukan. Institusionalisasi pesantren merupakan perjuangan tahap lanjut dari pendekatan yang digunakan Walisongo dalam meng-Islamkan tanah Jawa, kesalehan sebagai jalan hidup, pemahaman yang konkret dan utuh terhadap budaya lokal merupakan karakter yang dimiliki para santri yang dulu juga pernah dilakukan oleh Walisongo.
Perkembangan Islam di Jawa nenemukan momentumnya ketika para Wali dapat berintegrasi dengan para tokoh bangsawan Jawa saat itu, integrasi ini dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui pendidikan, perkawinan dan puncaknya ketika Walisongo bersatu membangun masjid Demak dan menjadikannya sebagai pusat kerajaan Islam pertama di Jawa Tengah pada paruh kedua abad XV, Demak cepat menjadi pusat perdagangan dan lalu lintas serta sekaligus menjadi pusat ibadah bagi golongan menengah Islam yang baru muncul.
Politik ekspansi raja-raja Demak dalam masa kejayaannya telah jauh masuk ke Jawa Barat, Tengah dan Timur, hal itu selalu dibarengi dengan dakwah agama, sebab semangat agama raja-raja Demak menganggap Masjid Demak sebagai simbol kerajaan Islam pada saat itu.
Dalam sejarah dimaklumi Raden Patah sebagai raja Demak yang pertama, diyakini dia adalah keturunan raja kerajaan pra Islam Majapahit yang terakhir yang dalam legenda bernama Brawijaya, ibu raden Patah konon sorang putri keturunan Cina dari keraton raja Majapahit. Berturut-turut setelah kerajaan Demak dipegang oleh Raden Patah pada tampuk kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Pangeran Sabrang Lor yang selanjutnya diteruskan oleh generasi ketiga yang bernama Trenggono, keduanya merupakan putra dari Raden Patah raja pertama Demak.
Demak sebagai ibu kota kerajaan Islam menjadi titik tolak perjuangan pada dasawarsa pertama abad XVI untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh Jawa melalui berbagai ekspansi dan ekspedisi militer, ke arah barat Hasanuddin putra Syekh Nurullah yang lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunungjati kelak kemudian diketahui sebagai raja Islam pertama di Banten, sementara ke arah timur bisa dilihat Jaka Tingkir seorang prajurit yang mengabdi pada raja Demak dan menjadi menantu Trenggono, menguasai pajang dan menjadi raja disana dan setelah itu mengangkat Pangeran Timur (putra raja Demak ) sebagai bupati di Madiun. Perluasan daerah melalui ekpansi dan ekspedisi ini menyebar ke berbagai arah penjuru Jawa sampai ke Madura pada paruh pertama abad XVI.
Sultan Trenggono telah mengawinkan salah satu putrinya dengan Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya dan dari perkawinan itu lahirlah Pangeran Benowo atau Raden Hadiningrat yang mempunyai putra bernama Pangeran Sambo atau Raden Sumohadinegoro yang menurunkan putra Syekh Ahmad Mutamakkin, Waliyullah yang berdakwah menyebarkan ajaran Islam di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah.
B.STRATEGI DAN METODE DAKWAH
Syekh Ahmad Mutamakkin dilahirkan di Desa Cebolek, 10 kilometer dari kota Tuban sekitar tahun 1645 Masehi dan wafat tahun 1740 Masehi. Nama al-Mutamakkin merupakan nama gelar yang didapatkan sepulang menuntut ilmu di Timur Tengah, yang berarti orang yang meneguhkan hati atau diyakini akan kesuciannya.
Di desa asalnya yang sekarang sudah berganti nama menjadi Desa Winong dapat dijumpai peninggalan beliau berupa sebuah masjid kuno terletak di pinggir sungai. Didalamnya masih tersimpan kayu berbentuk lonjong agak bulat yang dulu digunakan beliau untuk menjemur peci/baldu (masyarakat sekitar menyebutnya klebut) serta sebuah batu berbentuk asbak. Sementara keris pusaka Syekh Ahmad Mutamakkin diyakini oleh masyarakat sekitar masih berada di dalam pohon sawo kecik yang berada di depan masjid itu. Kehidupan masyarakat yang damai dan tentram ini adalah hasil perjuangan beliau dengan menyadarkan para penyamun dan penjahat yang menguasai daerah itu sebelumnya.
Lazimnya orang yang hidup pada zaman dahulu, Mutamakkin muda mengembara untuk memenuhi hasrat keinginannya, suatu ketika sampailah pada sebuah tempat, tepatnya di sebelah utara timur laut desa Kajen sekarang. Kebiasaan para pengembara pada waktu itu untuk mengembalikan suasana daerah asalnya sekaligus untuk memudahkan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, daerah itu diberi nama “cebolek” seperti desa kelahiran beliau.
Di desa barunya ini Syekh Ahmad Mutamakkin sempat bermukim beberapa saat sampai suatu ketika ada kejadian mistik yang memberikan isyarat kepada beliau untuk menuju ke arah barat, kejadian itu beliau alami setelah menunaikan sholat isya’ dengan melihat cahaya yang terang berkilauan di arah barat, bagi Syekh Ahmad Mutamakkin hal ini merupakan isyarat, dan pada esok harinya beliau menghampiri tempat dimana cahaya pada malam hari itu mengarah. Disana beliau bertemu dengan seorang laki-laki tua yang dalam cerita lokal diyakini sebagai orang pertama Kajen yang bernama Mbah Syamsuddin. Dalam pertemuan itu terjadi sebuah dialog yang didalamnya ada penyerahan wilayah Kajen dari Mbah Syamsuddin kepada Syekh Ahmad Mutamakkin untuk merawat dan mengelolanya. Makam Mbah Syamsuddin berada disebelah barat makam Syekh Ahmad Mutamakkin tepatnya di sebelah arah selatan blumbang, yang sampai sekarang sering digunakan para santri untuk riyadloh dan menghafalkan al-qur’an.
Dalam masa hidupnya Syekh Ahmad Mutamakkin sepenuhnya mengabdikan diri untuk penyebaran agama Islam di daerahnya, beliau pernah belajar di Yaman kepada Syekh Muhammad Zayn al-Yamani yang merupakan seorang tokoh Sufi dalam tarekat Naqsyabandiyah dan sangat berpengaruh di Yaman saat itu. Tidak diketahui secara pasti kapan Syekh Ahmad Mutamakkin berguru kepada Syekh Muhammad Zayn al-Yamani, namun melalui tahun wafatnya ayah Syech Zayn (Syech Muhammad al-Baqi ) tahun 1663 dan kematian putranya (Abdul Khaliq Ibn Zayn) tahun 1740 jadi diperkirakan Syekh Zayn hidup antara abad XVI-XVII. Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Syekh Ahmad Mutamakkin berguru pada beliau pada sekitar masa itu.
Sebagai seorang ‘alim, diceritakan Syekh Ahmad Mutamakkin sangat teguh dalam memegang prinsip dan pendiriannya tentang aqidah yang diajarkan dalam Islam, meskipun demikian beliau juga senang mengikuti dan mencermati cerita dalam pewayangan, terutama cerita yang menyangkut lakon Bima Suci atau Dewa Ruci. Beliau sangat faham alur dan penafsiran dalam cerita tersebut, karena memang bagi beliau cerita Bima Suci atau Dewa Ruci itu mengandung unsur kesamaan seperti apa yang pernah dipelajarinya dalam ilmu tasauf ketika berguru di Yaman pada Syekh Zain al-Yamani.
Penyebaran ajaran Islam tidak hanya melalui pendekatan fiqih, namun pengenalan jati diri dan hakikat ketuhanan juga penting dalam membentuk pemahaman umat. Islam bukan hanya transaksional semata seperti pahala dan dosa, surga dan neraka, karena hal tersebut adalah urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu, mengenal Allah akan membentuk diri seorang Muslim makin mencintai Sang Penciptanya. Sehingga pengabdian dan kepatuhan menjalankan syariat-Nya didasarkan pada kecintaan kepada Allah, itulah inti ajaran yang disampaikan Syekh Ahmad Mutamakkin kepada umat pada saat itu dimana masih sangat kental terasa pengaruh ajaran dan budaya lama seperti dalam cerita Bima Suci dan Dewa Ruci.
Ajaran Syekh Ahmad Mutamakkin tersebut oleh para ulama Keraton seperti Katib Anom ternyata dianggap sesat dan membahayakan aqidah umat yang baru mengenal dan mempelajari Islam. Karenanya Syekh Ahmad Mutamakkin sempat disidangkan di Keraton Kartasura dengan tuntutan hukuman pancung. Persidangan pada awalnya nampak alot namun akhirnya semua pihak memahami penjelasan Syekh Ahmad Mutamakkin.
Lazimnya seorang sufi, Syekh Ahmad Mutamakkin gemar melakukan ritual-ritual yang berhubungan dengan peningkatan kedekatan dan ketaqwaan kepada sang Khaliq ( riyadloh), ritual ini biasanya beliau lakukan dengan melatih menahan dan mengurangi kegiatan makan, minum dan tidur, dalam rangka pengekangan hawa nafsu. Suatu ketika Syekh Ahmad Mutamakkin melakukan riyadloh dengan puasa selama 40 hari. Pada hari terakhir riyadloh, sang istri diminta untuk memasak yang enak dan lezat, menjelang waktu berbuka puasa dan makanan dihidangkan seluruhnya diatas meja, beliau minta pada istrinya agar diikat dengan kursi yang didudukinya hingga sulit menggapai makanan tersebut. Sebagain versi lain mengatakan bahwa kejadian pengikatan hanya sebagai simbol pertarungan beliau dengan hawa nafsunya, dang akhirnya keluar dari dalam dirinya dua ekor anjing yang dengan lahapnya menghabiskan semua hidangan dan ingin kembali masuk ke raga beliau tetapi ditolak. Dua anjing tersebut lalu diberi nama Abdul Qohar dan Qomaruddin yang kebetulan menyamai nama penghulu dan khotib Tuban, pemberian nama ini bagi sebagian masyarakat yang anti terhadap beliau dianggap sebagai penghinaan atau bahkan sebagai sebuah kritik terhadap para penguasa saat itu, meskipun sebenarnya pemberian nama itu mengandung arti bagi beliau sendiri, yaitu hamba Allah yang mampu memerangi hawa nafsunya.
Banyak versi baik yang tertulis maupun yang masih beredar dalam keyakinan masyarakat Kajen yang menceritakan tentang sejarah kehidupan Syekh Ahmad Mutamakkin, dan dari kedua versi yang berkembang saling bertolak belakang sesuai dengan sudut pandang masing-masing, versi yang ditulis oleh penguasa saat itu yang lebih dikenal dengan “serat cebolek” menempatkan Syekh Ahmad Mutamakkin sebagai seorang pembangkang dan penganjur aliran sesat yang kurang mampu dan memahami bidang agama. Sementara versi yang diyakini masyarakat Kajen dan ditulis oleh salah satu pengikut dan keturunannya berdasarkan “lokal historis” masyarakat sekitar Kajen menempatkan Syekh Ahmad Mutamakkin sebagai seorang yang ‘alim dan suci sebagi penganjur agama Islam di daerah itu. Bahkan beliau menempati posisi tertinggi dalam struktur keyakinan masyarakat Islam sebagai seorang Waliyullah.
Wallahu a’lam, lepas dari perdebatan berbagai versi yang ada mana yang dianggap benar. Namun satu hal yang pasti dan dapat dibuktikan bahwa Syekh Ahmad Mutamakkin berhasil lolos dari tuntutan atas kematiannya dan di masyarakat sampai sekarang tetap diyakini sebagai seorang Wali yang memiliki berbagai kemampuan linuwih dan karomah. Bahkan kehadirannya di desa Kajen telah menjadi pioner dan perintis berdirinya pesantren dan penyebaran agama Islam, ini merupakan bukti nyata bahwa beliau diterima dan dipercaya oleh masyarakat, dan sejarah adalah bukti paling nyata atas sebuah peristiwa yang terjadi.
Perjuangan dan ajaran beliau sampai sekarang masih diyakini dan dipegang teguh oleh keturunan dan para pengikutnya, pengaruh beliau masih dapat dirasakan sampai sekarang, layaknya sebagai tanah perdikan pada zaman itu yang dibebaskan dari pembayaran pajak, Kajen sekarang adalah tanah pendidikan yang menjadi alternatif dari bentuk pendidikan nasional yang ada, kajen dengan daya tarik dan berbagai kelebihannya ingin menyampaikan bahwa sejarah independensinya sebagai tanah perdikan tidak sekedar mandiri dalam arti sempit yang mengelola kehidupannya sendiri namun lebih dari itu Kajen adalah sebuah desa yang senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi tanpa menghilangkan nilai lokalitas yang dimilikinya. Pembangunan bukan berarti merubah segala sesuatu dengan menghancurkan yang lama, tapi pembangunan adalah suatu usaha untuk memahami jati diri dan potensinya yang disesuaikan dengan kebutuhan demi kemaslahatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan pesantren di desa Kajen yang mencapai 26 unit dan 5 unit sekolah Islam/madrasah yang semuanya dikelola dan dikembangkan oleh keturunan sang pejuang dan penganjur nilai-nilai luhur dan keislaman, Mbah Mutamakkin.
Syekh Ahmad Mutamakkin dimakamkan di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah. Areal pemakaman atau pesarean berbentuk bangunan menyerupai musholla berukuran 6 x 14 meter selalu ramai oleh pengunjung yang berziarah, mengaji Al Qur’an, berdoa dan bertawasul. Pemandangan seperti ini memang biasa disaksikan di pesarean Mutamakkin atau mungkin juga di tempat-tempat lain yang dianggap memiliki sejarah dan nilai karomah tertentu. Datang silih berganti, laki-laki dan perempuan yang mengaku dari berbagai pelosok Pati dan sekitarnya itu memang sengaja menyempatkan diri sowan, ziarah, kirim doa, atau bermunajat di hadapan makam sang syeikh. Biasanya, para peziarah mulai berdatangan pada Kamis siang dan berakhir pada Jum’at sore. Meskipun makam tersebut disinyalir sudah berumur + 200 tahun, tetapi sawaban, keramat, dan pesona kesucian yang terpancar dari sosok Ahmad Mutamakkin masih dirasakan sampai sekarang. Bahkan, makam yang berdekatan dengan Madrasah Mathali’ul Falah pimpinan KH Sahal Mahfudz itu pun dijadikan oleh para santri (laki-laki) sebagai tempat untuk berkhalwat, nyepi, dan menghafal Alquran.
Lakon Dewa Ruci
Dalam lakon Dewaruci, tokoh utamanya adalah Bima, putra kedua dari Pandawa Lima. Dikisahkan, dalam lakon tersebut, Bima mencari hakikat hidup yang disebut dengan Tirtasari. Ketika berada di sebuah gunung (Reksomuka), Bima harus berhadapan dengan dua raksasa penunggu gunung, yaitu Rukmaka dan Rekmukala.
Dinamakan gunung Reksomuka, karena orang akan terhalang untuk mendapatkan hakikat dalam kehidupan apabila tergoda akan kehidupan lahir. Muko berarti penampilan lahir, sedangkan ngrekso berarti memelihara. Orang yang hanya memelihara tampilan lahiriahnya kemudian tergoda untuk nyeleweng, disebut dengan ngreksomuka.
Namun, kedua raksasa ini dapat dikalahkan oleh Bima, dengan kesaktian yang dimilikinya melalui kuku Pancanaka. Setelah berhasil dikalahkan, Bima kemudian melanjutkan perjalanan. Dan, ia bertemu lagi dengan lima raksasa. Namun, kelimanya berhasil dikalahkan berkat kuku Pancanaka.
Setelah itu, Bima menyeberangi lautan dan ia berjumpa dengan seekor ular naga yang bernama Werkudara. Dalam pertarungan melawan ular naga ini, Bima berhasil mengalahkannya, lagi-lagi dengan kuku pancanaka. Setelah itu, Bima bertemu dengan Dewa Ruci. Namun ia kaget, karena Dewa Ruci adalah gambaran bima sendiri yang sangat kecil.
Kisah ini menggambarkan cara orang Jawa dahulu untuk mengajak umat agar mau melaksanakan shalat. Karena dengan shalat (rukun Islam kedua), akan mampu mengalahkan segalanya, dengan hati yang tulus dan ikhlas. Menurut Bambang Pranowo, kisah Dewa Ruci itu menunjukkan perjalanan seorang hamba dalam mencari hakikat jati diri. Bima berusaha menundukkan hawa nafsunya dengan cara melawan segala godaan dunia, termasuk perhiasan dunia agar tidak terjerumus dan menyeng sarakannya. Dan, ketika ketemu jati dirinya, sesungguhnya dirinya sangat kecil di mata Allah. Allah-lah yang Maha Besar.
C.KESIMPULAN
Hal penting yang dapat diambil pelajaran dari seorang syekh Ahmad Mutamakkin adalah kecerdasan dan kepiwaian dalam menerapkan strategi perjuangan di tengah-tengah umat yang terkenal dengan pendekatan kultural-kontekstual. Pendekatan yang digunakan bukan institusi versus institusi. Beliau lebih memilih membangun institusi sendiri yang berada di luar pemerintahan, yaitu tasawuf. Melalui strategi kultural ini beliau menanamkan kesadaran dan pencerahan kepada umat lewat forum pengajian, majelis taklim yang sesuai dengan urat nadi persoalan rakyat. Beliau berbicara sesuai dengan nafas umat, sehingga mampu memberikan solusi sederhana yang aplikatif terhadap persoalan yang terjadi. Strategi inilah yang dipakai oleh para Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga. Ada integrasi dan akulturasi Islam dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat secara simbiosis-mutualisme. Saling mempengaruhi satu sama lain, menjadi satu kekuatan perubahan besar melawan kultur feodalisme-patriarki yang dilakukan oleh para raja secara gradual dan step by step. Artinya, asimilasi kedua unsur tersebut dijadikan jembatan untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan. Ada kemandirian, solidaritas dan kohesivitas serta mobilitas sosial kolektif dalam memperjuangkan hak-haknya. Untuk saat ini, pendekatan perjuangan model Syekh Ahmad Mutamakkin sangat efektif dan sudah teruji roda sejarah. Terbukti, apabila yang dipilih adalah pendekatan politis, legal formal, struktural dengan target dan ambisi, bukan hasil memuaskan yang dicapai, justru kehancuran, resistensi dan tidak mempunyai kontinuitas. Mudah hanyut ditelan waktu, cepat lapuk oleh putaran masa. Syekh Ahmad Mutamakkin mempunyai perhatian dan kepedulian yang total dalam melakukan pemberdayaan dan pencerahan kalangan grassroot/akar rumput. Agama tidak sekadar slogan utopis, sekadar khotbah di podium, tapi betul-betul merupakan sebuah gerak aktif-dinamis, bersenyawa dengan problem kemanusiaan, mampu menjadi lokomotif transformasi dan evolusi bagi persoalan masyarakat secara luas, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Agama bukan berada di menara gading, asyik dengan dunianya, tidak mampu menginjakkan kakinya di bumi, realitas yang sebenarnya. Hal yang menjadi kecenderungan kaum agamawan dan akademisi saat ini. Mereka enjoy dengan dunianya, sedangkan persoalan rakyat secara empiris tidak pernah tersentuh. Atas jerih payah dan prestasinya inilah, sangat pantas kalau Syeikh Ahmad Mutamakkin saat ini menjadi legenda masyarakat Kajen yang selalu dijunjung dan dihormati. Sudah sepantasnyalah kita sebagai kader penerus perjuangan beliau tidak hanya menjadikannya mitos sejarah yang menyebabkan muncul romantisme historis-pasif, tetapi benar-benar menjadikannya sebagai kekuatan perubahan dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. HM.Imam Sanusi, Sejarah KH.Ahmad Mutamakkin
2. Pekajenan.blogspot.com
3. Sufiroad.blogspot.com
Penyebaran Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dan kiprah perjalanan orang-orang suci yang sangat legendaris dalam cerita lisan orang Jawa-Islam yang sangat populer dengan sebutan Wali berjumlah sembilan atau Walisongo. Meskipun terkenal dengan sebutan Walisongo diduga kemungkinan besar sebenarnya jumlah yang sesungguhnya lebih dari itu, namun angka sembilan dalam mitologi Jawa memiliki makna tersendiri, dan kesembilan Wali yang populer dan diyakini masyarakat sebagai penyebar Islam pertama di Jawa adalah: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunungjati.
Kesembilan Wali tersebut diyakini oleh masyarakat Jawa memiliki kemampuan linuwih baik secara fisik maupun spiritual, bahkan mereka dianggap mampu melakukan hal-hal yang sulit untuk diterima secara akali, merubah pohon pinang jadi emas dan membuat soko masjid dari pasahan kayu. Lepas dari perdebatan apakah cerita lisan itu benar atau salah yang jelas para Wali yang jumlahnya sembilan itu memilki kemampuan lebih dalam arti yang rasional dan ilmiah yaitu mereka sebagai pendatang yang berusaha merintis sebuah ajaran dan ideologi baru mampu melakukan strategi yang jitu dalam mencari celah-celah nilai antara tradisi dan keyakinan lama ( Hindu-Budha) dengan tradisi dan keyakinan baru (Islam) dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan, sehingga Islam sebagai nilai-nilai baru dengan strategi yang mereka bangun bisa diterima, bahkan sekarang menjadi ajaran mayoritas di Indonesia.
Strategi dan taktik inilah sebenarnya yang sekarang diwarisi oleh lembaga pendidikan yang namanya pesantren, karena memang secara historis keberadaan pesantren tidak bisa terlepas dari sejarah keberadaan para Wali tersebut. Penjagaan harmoni dan penghormatan terhadap nilai-nilai lama dan lokalitas sangat dijunjung tinggi di dalam proses akulturasi dan integrasi yang mereka lakukan. Institusionalisasi pesantren merupakan perjuangan tahap lanjut dari pendekatan yang digunakan Walisongo dalam meng-Islamkan tanah Jawa, kesalehan sebagai jalan hidup, pemahaman yang konkret dan utuh terhadap budaya lokal merupakan karakter yang dimiliki para santri yang dulu juga pernah dilakukan oleh Walisongo.
Perkembangan Islam di Jawa nenemukan momentumnya ketika para Wali dapat berintegrasi dengan para tokoh bangsawan Jawa saat itu, integrasi ini dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui pendidikan, perkawinan dan puncaknya ketika Walisongo bersatu membangun masjid Demak dan menjadikannya sebagai pusat kerajaan Islam pertama di Jawa Tengah pada paruh kedua abad XV, Demak cepat menjadi pusat perdagangan dan lalu lintas serta sekaligus menjadi pusat ibadah bagi golongan menengah Islam yang baru muncul.
Politik ekspansi raja-raja Demak dalam masa kejayaannya telah jauh masuk ke Jawa Barat, Tengah dan Timur, hal itu selalu dibarengi dengan dakwah agama, sebab semangat agama raja-raja Demak menganggap Masjid Demak sebagai simbol kerajaan Islam pada saat itu.
Dalam sejarah dimaklumi Raden Patah sebagai raja Demak yang pertama, diyakini dia adalah keturunan raja kerajaan pra Islam Majapahit yang terakhir yang dalam legenda bernama Brawijaya, ibu raden Patah konon sorang putri keturunan Cina dari keraton raja Majapahit. Berturut-turut setelah kerajaan Demak dipegang oleh Raden Patah pada tampuk kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Pangeran Sabrang Lor yang selanjutnya diteruskan oleh generasi ketiga yang bernama Trenggono, keduanya merupakan putra dari Raden Patah raja pertama Demak.
Demak sebagai ibu kota kerajaan Islam menjadi titik tolak perjuangan pada dasawarsa pertama abad XVI untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh Jawa melalui berbagai ekspansi dan ekspedisi militer, ke arah barat Hasanuddin putra Syekh Nurullah yang lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunungjati kelak kemudian diketahui sebagai raja Islam pertama di Banten, sementara ke arah timur bisa dilihat Jaka Tingkir seorang prajurit yang mengabdi pada raja Demak dan menjadi menantu Trenggono, menguasai pajang dan menjadi raja disana dan setelah itu mengangkat Pangeran Timur (putra raja Demak ) sebagai bupati di Madiun. Perluasan daerah melalui ekpansi dan ekspedisi ini menyebar ke berbagai arah penjuru Jawa sampai ke Madura pada paruh pertama abad XVI.
Sultan Trenggono telah mengawinkan salah satu putrinya dengan Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya dan dari perkawinan itu lahirlah Pangeran Benowo atau Raden Hadiningrat yang mempunyai putra bernama Pangeran Sambo atau Raden Sumohadinegoro yang menurunkan putra Syekh Ahmad Mutamakkin, Waliyullah yang berdakwah menyebarkan ajaran Islam di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah.
B.STRATEGI DAN METODE DAKWAH
Syekh Ahmad Mutamakkin dilahirkan di Desa Cebolek, 10 kilometer dari kota Tuban sekitar tahun 1645 Masehi dan wafat tahun 1740 Masehi. Nama al-Mutamakkin merupakan nama gelar yang didapatkan sepulang menuntut ilmu di Timur Tengah, yang berarti orang yang meneguhkan hati atau diyakini akan kesuciannya.
Di desa asalnya yang sekarang sudah berganti nama menjadi Desa Winong dapat dijumpai peninggalan beliau berupa sebuah masjid kuno terletak di pinggir sungai. Didalamnya masih tersimpan kayu berbentuk lonjong agak bulat yang dulu digunakan beliau untuk menjemur peci/baldu (masyarakat sekitar menyebutnya klebut) serta sebuah batu berbentuk asbak. Sementara keris pusaka Syekh Ahmad Mutamakkin diyakini oleh masyarakat sekitar masih berada di dalam pohon sawo kecik yang berada di depan masjid itu. Kehidupan masyarakat yang damai dan tentram ini adalah hasil perjuangan beliau dengan menyadarkan para penyamun dan penjahat yang menguasai daerah itu sebelumnya.
Lazimnya orang yang hidup pada zaman dahulu, Mutamakkin muda mengembara untuk memenuhi hasrat keinginannya, suatu ketika sampailah pada sebuah tempat, tepatnya di sebelah utara timur laut desa Kajen sekarang. Kebiasaan para pengembara pada waktu itu untuk mengembalikan suasana daerah asalnya sekaligus untuk memudahkan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, daerah itu diberi nama “cebolek” seperti desa kelahiran beliau.
Di desa barunya ini Syekh Ahmad Mutamakkin sempat bermukim beberapa saat sampai suatu ketika ada kejadian mistik yang memberikan isyarat kepada beliau untuk menuju ke arah barat, kejadian itu beliau alami setelah menunaikan sholat isya’ dengan melihat cahaya yang terang berkilauan di arah barat, bagi Syekh Ahmad Mutamakkin hal ini merupakan isyarat, dan pada esok harinya beliau menghampiri tempat dimana cahaya pada malam hari itu mengarah. Disana beliau bertemu dengan seorang laki-laki tua yang dalam cerita lokal diyakini sebagai orang pertama Kajen yang bernama Mbah Syamsuddin. Dalam pertemuan itu terjadi sebuah dialog yang didalamnya ada penyerahan wilayah Kajen dari Mbah Syamsuddin kepada Syekh Ahmad Mutamakkin untuk merawat dan mengelolanya. Makam Mbah Syamsuddin berada disebelah barat makam Syekh Ahmad Mutamakkin tepatnya di sebelah arah selatan blumbang, yang sampai sekarang sering digunakan para santri untuk riyadloh dan menghafalkan al-qur’an.
Dalam masa hidupnya Syekh Ahmad Mutamakkin sepenuhnya mengabdikan diri untuk penyebaran agama Islam di daerahnya, beliau pernah belajar di Yaman kepada Syekh Muhammad Zayn al-Yamani yang merupakan seorang tokoh Sufi dalam tarekat Naqsyabandiyah dan sangat berpengaruh di Yaman saat itu. Tidak diketahui secara pasti kapan Syekh Ahmad Mutamakkin berguru kepada Syekh Muhammad Zayn al-Yamani, namun melalui tahun wafatnya ayah Syech Zayn (Syech Muhammad al-Baqi ) tahun 1663 dan kematian putranya (Abdul Khaliq Ibn Zayn) tahun 1740 jadi diperkirakan Syekh Zayn hidup antara abad XVI-XVII. Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Syekh Ahmad Mutamakkin berguru pada beliau pada sekitar masa itu.
Sebagai seorang ‘alim, diceritakan Syekh Ahmad Mutamakkin sangat teguh dalam memegang prinsip dan pendiriannya tentang aqidah yang diajarkan dalam Islam, meskipun demikian beliau juga senang mengikuti dan mencermati cerita dalam pewayangan, terutama cerita yang menyangkut lakon Bima Suci atau Dewa Ruci. Beliau sangat faham alur dan penafsiran dalam cerita tersebut, karena memang bagi beliau cerita Bima Suci atau Dewa Ruci itu mengandung unsur kesamaan seperti apa yang pernah dipelajarinya dalam ilmu tasauf ketika berguru di Yaman pada Syekh Zain al-Yamani.
Penyebaran ajaran Islam tidak hanya melalui pendekatan fiqih, namun pengenalan jati diri dan hakikat ketuhanan juga penting dalam membentuk pemahaman umat. Islam bukan hanya transaksional semata seperti pahala dan dosa, surga dan neraka, karena hal tersebut adalah urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu, mengenal Allah akan membentuk diri seorang Muslim makin mencintai Sang Penciptanya. Sehingga pengabdian dan kepatuhan menjalankan syariat-Nya didasarkan pada kecintaan kepada Allah, itulah inti ajaran yang disampaikan Syekh Ahmad Mutamakkin kepada umat pada saat itu dimana masih sangat kental terasa pengaruh ajaran dan budaya lama seperti dalam cerita Bima Suci dan Dewa Ruci.
Ajaran Syekh Ahmad Mutamakkin tersebut oleh para ulama Keraton seperti Katib Anom ternyata dianggap sesat dan membahayakan aqidah umat yang baru mengenal dan mempelajari Islam. Karenanya Syekh Ahmad Mutamakkin sempat disidangkan di Keraton Kartasura dengan tuntutan hukuman pancung. Persidangan pada awalnya nampak alot namun akhirnya semua pihak memahami penjelasan Syekh Ahmad Mutamakkin.
Lazimnya seorang sufi, Syekh Ahmad Mutamakkin gemar melakukan ritual-ritual yang berhubungan dengan peningkatan kedekatan dan ketaqwaan kepada sang Khaliq ( riyadloh), ritual ini biasanya beliau lakukan dengan melatih menahan dan mengurangi kegiatan makan, minum dan tidur, dalam rangka pengekangan hawa nafsu. Suatu ketika Syekh Ahmad Mutamakkin melakukan riyadloh dengan puasa selama 40 hari. Pada hari terakhir riyadloh, sang istri diminta untuk memasak yang enak dan lezat, menjelang waktu berbuka puasa dan makanan dihidangkan seluruhnya diatas meja, beliau minta pada istrinya agar diikat dengan kursi yang didudukinya hingga sulit menggapai makanan tersebut. Sebagain versi lain mengatakan bahwa kejadian pengikatan hanya sebagai simbol pertarungan beliau dengan hawa nafsunya, dang akhirnya keluar dari dalam dirinya dua ekor anjing yang dengan lahapnya menghabiskan semua hidangan dan ingin kembali masuk ke raga beliau tetapi ditolak. Dua anjing tersebut lalu diberi nama Abdul Qohar dan Qomaruddin yang kebetulan menyamai nama penghulu dan khotib Tuban, pemberian nama ini bagi sebagian masyarakat yang anti terhadap beliau dianggap sebagai penghinaan atau bahkan sebagai sebuah kritik terhadap para penguasa saat itu, meskipun sebenarnya pemberian nama itu mengandung arti bagi beliau sendiri, yaitu hamba Allah yang mampu memerangi hawa nafsunya.
Banyak versi baik yang tertulis maupun yang masih beredar dalam keyakinan masyarakat Kajen yang menceritakan tentang sejarah kehidupan Syekh Ahmad Mutamakkin, dan dari kedua versi yang berkembang saling bertolak belakang sesuai dengan sudut pandang masing-masing, versi yang ditulis oleh penguasa saat itu yang lebih dikenal dengan “serat cebolek” menempatkan Syekh Ahmad Mutamakkin sebagai seorang pembangkang dan penganjur aliran sesat yang kurang mampu dan memahami bidang agama. Sementara versi yang diyakini masyarakat Kajen dan ditulis oleh salah satu pengikut dan keturunannya berdasarkan “lokal historis” masyarakat sekitar Kajen menempatkan Syekh Ahmad Mutamakkin sebagai seorang yang ‘alim dan suci sebagi penganjur agama Islam di daerah itu. Bahkan beliau menempati posisi tertinggi dalam struktur keyakinan masyarakat Islam sebagai seorang Waliyullah.
Wallahu a’lam, lepas dari perdebatan berbagai versi yang ada mana yang dianggap benar. Namun satu hal yang pasti dan dapat dibuktikan bahwa Syekh Ahmad Mutamakkin berhasil lolos dari tuntutan atas kematiannya dan di masyarakat sampai sekarang tetap diyakini sebagai seorang Wali yang memiliki berbagai kemampuan linuwih dan karomah. Bahkan kehadirannya di desa Kajen telah menjadi pioner dan perintis berdirinya pesantren dan penyebaran agama Islam, ini merupakan bukti nyata bahwa beliau diterima dan dipercaya oleh masyarakat, dan sejarah adalah bukti paling nyata atas sebuah peristiwa yang terjadi.
Perjuangan dan ajaran beliau sampai sekarang masih diyakini dan dipegang teguh oleh keturunan dan para pengikutnya, pengaruh beliau masih dapat dirasakan sampai sekarang, layaknya sebagai tanah perdikan pada zaman itu yang dibebaskan dari pembayaran pajak, Kajen sekarang adalah tanah pendidikan yang menjadi alternatif dari bentuk pendidikan nasional yang ada, kajen dengan daya tarik dan berbagai kelebihannya ingin menyampaikan bahwa sejarah independensinya sebagai tanah perdikan tidak sekedar mandiri dalam arti sempit yang mengelola kehidupannya sendiri namun lebih dari itu Kajen adalah sebuah desa yang senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi tanpa menghilangkan nilai lokalitas yang dimilikinya. Pembangunan bukan berarti merubah segala sesuatu dengan menghancurkan yang lama, tapi pembangunan adalah suatu usaha untuk memahami jati diri dan potensinya yang disesuaikan dengan kebutuhan demi kemaslahatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan pesantren di desa Kajen yang mencapai 26 unit dan 5 unit sekolah Islam/madrasah yang semuanya dikelola dan dikembangkan oleh keturunan sang pejuang dan penganjur nilai-nilai luhur dan keislaman, Mbah Mutamakkin.
Syekh Ahmad Mutamakkin dimakamkan di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah. Areal pemakaman atau pesarean berbentuk bangunan menyerupai musholla berukuran 6 x 14 meter selalu ramai oleh pengunjung yang berziarah, mengaji Al Qur’an, berdoa dan bertawasul. Pemandangan seperti ini memang biasa disaksikan di pesarean Mutamakkin atau mungkin juga di tempat-tempat lain yang dianggap memiliki sejarah dan nilai karomah tertentu. Datang silih berganti, laki-laki dan perempuan yang mengaku dari berbagai pelosok Pati dan sekitarnya itu memang sengaja menyempatkan diri sowan, ziarah, kirim doa, atau bermunajat di hadapan makam sang syeikh. Biasanya, para peziarah mulai berdatangan pada Kamis siang dan berakhir pada Jum’at sore. Meskipun makam tersebut disinyalir sudah berumur + 200 tahun, tetapi sawaban, keramat, dan pesona kesucian yang terpancar dari sosok Ahmad Mutamakkin masih dirasakan sampai sekarang. Bahkan, makam yang berdekatan dengan Madrasah Mathali’ul Falah pimpinan KH Sahal Mahfudz itu pun dijadikan oleh para santri (laki-laki) sebagai tempat untuk berkhalwat, nyepi, dan menghafal Alquran.
Lakon Dewa Ruci
Dalam lakon Dewaruci, tokoh utamanya adalah Bima, putra kedua dari Pandawa Lima. Dikisahkan, dalam lakon tersebut, Bima mencari hakikat hidup yang disebut dengan Tirtasari. Ketika berada di sebuah gunung (Reksomuka), Bima harus berhadapan dengan dua raksasa penunggu gunung, yaitu Rukmaka dan Rekmukala.
Dinamakan gunung Reksomuka, karena orang akan terhalang untuk mendapatkan hakikat dalam kehidupan apabila tergoda akan kehidupan lahir. Muko berarti penampilan lahir, sedangkan ngrekso berarti memelihara. Orang yang hanya memelihara tampilan lahiriahnya kemudian tergoda untuk nyeleweng, disebut dengan ngreksomuka.
Namun, kedua raksasa ini dapat dikalahkan oleh Bima, dengan kesaktian yang dimilikinya melalui kuku Pancanaka. Setelah berhasil dikalahkan, Bima kemudian melanjutkan perjalanan. Dan, ia bertemu lagi dengan lima raksasa. Namun, kelimanya berhasil dikalahkan berkat kuku Pancanaka.
Setelah itu, Bima menyeberangi lautan dan ia berjumpa dengan seekor ular naga yang bernama Werkudara. Dalam pertarungan melawan ular naga ini, Bima berhasil mengalahkannya, lagi-lagi dengan kuku pancanaka. Setelah itu, Bima bertemu dengan Dewa Ruci. Namun ia kaget, karena Dewa Ruci adalah gambaran bima sendiri yang sangat kecil.
Kisah ini menggambarkan cara orang Jawa dahulu untuk mengajak umat agar mau melaksanakan shalat. Karena dengan shalat (rukun Islam kedua), akan mampu mengalahkan segalanya, dengan hati yang tulus dan ikhlas. Menurut Bambang Pranowo, kisah Dewa Ruci itu menunjukkan perjalanan seorang hamba dalam mencari hakikat jati diri. Bima berusaha menundukkan hawa nafsunya dengan cara melawan segala godaan dunia, termasuk perhiasan dunia agar tidak terjerumus dan menyeng sarakannya. Dan, ketika ketemu jati dirinya, sesungguhnya dirinya sangat kecil di mata Allah. Allah-lah yang Maha Besar.
C.KESIMPULAN
Hal penting yang dapat diambil pelajaran dari seorang syekh Ahmad Mutamakkin adalah kecerdasan dan kepiwaian dalam menerapkan strategi perjuangan di tengah-tengah umat yang terkenal dengan pendekatan kultural-kontekstual. Pendekatan yang digunakan bukan institusi versus institusi. Beliau lebih memilih membangun institusi sendiri yang berada di luar pemerintahan, yaitu tasawuf. Melalui strategi kultural ini beliau menanamkan kesadaran dan pencerahan kepada umat lewat forum pengajian, majelis taklim yang sesuai dengan urat nadi persoalan rakyat. Beliau berbicara sesuai dengan nafas umat, sehingga mampu memberikan solusi sederhana yang aplikatif terhadap persoalan yang terjadi. Strategi inilah yang dipakai oleh para Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga. Ada integrasi dan akulturasi Islam dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat secara simbiosis-mutualisme. Saling mempengaruhi satu sama lain, menjadi satu kekuatan perubahan besar melawan kultur feodalisme-patriarki yang dilakukan oleh para raja secara gradual dan step by step. Artinya, asimilasi kedua unsur tersebut dijadikan jembatan untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan. Ada kemandirian, solidaritas dan kohesivitas serta mobilitas sosial kolektif dalam memperjuangkan hak-haknya. Untuk saat ini, pendekatan perjuangan model Syekh Ahmad Mutamakkin sangat efektif dan sudah teruji roda sejarah. Terbukti, apabila yang dipilih adalah pendekatan politis, legal formal, struktural dengan target dan ambisi, bukan hasil memuaskan yang dicapai, justru kehancuran, resistensi dan tidak mempunyai kontinuitas. Mudah hanyut ditelan waktu, cepat lapuk oleh putaran masa. Syekh Ahmad Mutamakkin mempunyai perhatian dan kepedulian yang total dalam melakukan pemberdayaan dan pencerahan kalangan grassroot/akar rumput. Agama tidak sekadar slogan utopis, sekadar khotbah di podium, tapi betul-betul merupakan sebuah gerak aktif-dinamis, bersenyawa dengan problem kemanusiaan, mampu menjadi lokomotif transformasi dan evolusi bagi persoalan masyarakat secara luas, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Agama bukan berada di menara gading, asyik dengan dunianya, tidak mampu menginjakkan kakinya di bumi, realitas yang sebenarnya. Hal yang menjadi kecenderungan kaum agamawan dan akademisi saat ini. Mereka enjoy dengan dunianya, sedangkan persoalan rakyat secara empiris tidak pernah tersentuh. Atas jerih payah dan prestasinya inilah, sangat pantas kalau Syeikh Ahmad Mutamakkin saat ini menjadi legenda masyarakat Kajen yang selalu dijunjung dan dihormati. Sudah sepantasnyalah kita sebagai kader penerus perjuangan beliau tidak hanya menjadikannya mitos sejarah yang menyebabkan muncul romantisme historis-pasif, tetapi benar-benar menjadikannya sebagai kekuatan perubahan dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. HM.Imam Sanusi, Sejarah KH.Ahmad Mutamakkin
2. Pekajenan.blogspot.com
3. Sufiroad.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)