Berkah Herbal

Kamis, 18 Juni 2015

RAMADHAN BULAN TARBIYYAH


Oleh : Mahrus Junaidi Elyass

Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyyah. Saatnya melatih kembali jiwa dan raga sesuai dengan tujuan yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Mukminin yaitu agar bertaqwa. Menjalankan ibadah puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga harus memperhatikan hal-hal yang akan mengurangi pahala dalam berpuasa.
Betapa setiap aspek puasa Ramadhan ini bila dijalankan dengan penuh ketaatan dan harapan pahala, maka sejatinya seluruh aspek tersebut memiliki tujuan kebaikan yang luar biasa baik untuk kehidupan pribadi, keluarga dan kehidupan sosial. Setiap aspek puasa ramadhan memiliki makna pembinaan sesuai fitrah manusia secara individu maupun dalam bermasyarakat. Bertujuan kebahagiaan dan keselatamatan dunia-akhirat.

Pembinaan secara lahiriyah dari ibadah puasa ramadhan yaitu menahan lapar dan dahaga.
Bila si miskin telah terbiasa menahan lapar dan dahaga, maka di bulan ramadhan sebenarnya ia sedang memanen pahala dengan kondisinya. Karena jika ia berpuasa sesuai syariat karena Allah Subhanahu wata’ala maka lapar dan dahaganya akan mendapatkan pahala yang berlipatganda. Karena kondisinya  ia ikhlas dan semakin taat beribadah maka baginya kemuliaan disisi Allah Azza wa Jalla.

Pembinaan lahiriyah dari ibadah puasa ramadhan bagi yang berkecukupan apalagi yang memiliki kelebihan harta, yakni agar memiliki kepekaan sosial. Merasakan bagaimana tidak enaknya lapar dan kekurangan. Sehingga memunculkan semangat membantu sesama yang berkekurangan. Merasakan bahwa harta yang dimiliki adalah titipan yang tidak boleh dipergunakan sendiri tanpa mempedulikan kesusahan tetangganya. Menanggalkan kesombongan dari banyaknya harta, karena sebenarnya tidak mungkin si kaya dapat menikmati kekayaannya tanpa adanya si miskin. Betapa repotnya mengurus rumah yang besar dan luas jika tidak ada yang mau jadi asisten rumah tangga. Betapa sulitnya mencari tukang ojek pada saat terjebak kemacetan jika tidak ada yang butuh lagi menjadi tukang ojek. Hal-hal kecil yang kadang disepelekan inilah justru memiliki hikmah dan pelajaran bahwa tidak seharusnya si kaya menyombongkan hartanya.

Puasa ramadhan juga memiliki peran pembinaan yang dahsyat dalam kehidupan bermasyarakat. Betapa detilnya penilaian bagi orang yang berpuasa, bukan hanya meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa tetapi juga menghindari hal-hal yang akan mengurangi pahala berpuasa.
Rasululloh Shallallahu alaihi wasallam bersabda “betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. At-Thabrani)

Orang yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah :
1. Orang yang berpuasa tapi tidak meninggalkan perkataan dusta ( berbohong dan memfitnah).
    Berbohong bukan sekedar penghianatan atas suatu kepercayaan, tetapi merupakan penghancuran kredibilitas diri orang yang melakukannya. Betapa manusia telah diciptakan oleh Allah Subhanahu wata'ala sebaik-baik bentuk dan akan ditinggikan derajatnya jika ia mau bertaqwa. Maka berdusta adalah bentuk pengingkaran hati nurani dan kekufuran yang nyata, dan karenanya Allah Al-Ghaniyyu tidak butuh puasa orang seperti ini.

2. Orang yang berpuasa tetapi tidak meninggalkan perkataan yang sia-sia (laghwu) dan perkataan yang tidak senonoh (rofats). Perkataan yang sia-sia adalah yang tidak mengandung "amar makruf nahi munkar" tidak ada ajakan pada kebaikan dan meninggalkan laranganNya) dan tidak pula mengandung "tawashaubil haq watawasaubis shobr" (tidak ada nasehat kepada kebaikan dan kepada kesabaran). Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Yang ada hanya senda gurau belaka yang bahkan dapat dapat menggelincirkannya pada hal-hal yang dimurkai Alloh subhanahu wata'ala, yang ancamannya adalah panasnya api neraka, naudzubillan.
Perkataan rofats (tidak senonoh) adalah kalimat yang menjurus pada timbulnya nafsu birahi, meskipun itu bergurau.

3. Orang yang berpuasa tetapi tidak mengendalikan amarahnya.

4. Orang  yang berpuasa tetapi tidak meninggalkan maksiat.
Berpuasa tetapi tidak menahan hati dan pikirannya dari perasaan sombong, iri, dengki dan hasad. Berpuasa tetapi tidak menjaga mata dari pandangan yang menjadikannya pintu masuknya nafsu syaitan. berpuasa tetapi membiarkan auratnya terlihat oleh yang bukan muhrim. Berpuasa tetapi tidak menjaga pendengaran dan lisan dari gosip dan fitnah. berpuasa tetapi tidak menjaga tangan dari mengambil yang bukan haknya, menyentuh yang bukan mahramnya. Berpuasa tetapi tidak menahan langkah kakinya menuju tempat maksiat, tsumma naudzubillah.

Karenanya, bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan dan pembinaan lahir dan bathin. Sehingga apabila ibadah puasa ramadhan dijalankan dengan sebenar-benarnya sesuai tuntunan Rasululloh shallallahu alaihi wasallam dengan penuh keimanan dan berharap pahala dari Allah Subhanahu wata’ala (imanan wahtisaban) maka insyaalloh dalam kehidupan setelah ramadhan akan semakin meningkatkan kualitas dalam berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannas) dan kepada Allah Azza wa Jalla (hablum minalloh).


Semoga kita dapat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya dan dapat memperoleh predikat ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, aamiin.

Tidak ada komentar: