Berkah Herbal

Kamis, 18 November 2010

Oseng-Oseng Mesiu Kepala Kambing











Melanjutkan postingan sebelumnya "Mengolah Kepala Kambing" yang begitu keras menjadi tercerai berai dan empuk, kali ini saya akan bagi-bagi resep kreasi sendiri.

Resep ini masih menggunakan bahan dasar kepala kambing, sebut saja gampangnya "Oseng-Oseng Mesiu Kepala Kambing", dengan porsi 1 buah kepala kambing.

Bumbu-bumbu :

- 1 batang sereh

- 1 sentimeter lengkuas

- 1 sentimeter jahe

- 5 lembar daun jeruk

- 3 siung bawang putih

- 1 sendok teh lada bubuk

- kecap manis

- cabe rawit sesuai selera

- garam, gula dan penyedap rasa


Cara memasak :

Semua bagian kepala kambing kecuali tulangnya dipotong kecil-kecil sesuai selera.

Semua bumbu dimemarkan, cabe rawit bisa ditumbuk kasar atau tetap utuh sesuai selera,  tumis hingga harum.

Masukkan 400 cc air putih, garam, gula, kecap manis dan penyedap rasa secukupnya. Tunggu hingga mendidih.

Masukkan daging kepala kambing dan aduk-aduk hingga rata, jangan lupa dicicipi siapa tahu kurang garam?

Setelah mendidih, biarkan dengan api menyala untuk beberapa saat hingga airnya menyusut, tapi awas....jangan ditinggal pergi atau tidur....bisa hangus!!!

Aduk-aduk kembali hingga rata dan yakinkan bumbu telah meresap dan......masakan siap dihidangkan.

Jangan lupa bagi-bagi ke tetangga, itu juga kalo cukup! Maklum...dari tadi sebenarnya sudah mengirim aroma duluan kan!

Selamat mencoba!














gud lak!


Salam Chef Junet


Rabu, 17 November 2010

Kepala Kambing, bagaimana mengolahnya?


Setiap Hari Raya Idhul Adha atau Idhul Qurban, nampak pemandangan disana-sini sebagian ummat Islam menyelenggarakan qurban dengan menyembelih kambing, domba, sapi, kerbau bahkan onta untuk daerah di Timur Tengah. Panitia pun dibentuk, hewan qurban dikumpulkan entah di masjid, musholla atau komunitas-komunitas seperti komplek perumahan, pesantren dan panti asuhan. Mereka juga mendadak pandai menguliti hewan qurban kecil seperti kambing dan domba, seperti halnya saya juga bisa menguliti kambing karena moment seperti itu.

Untuk hewan qurban kambing, daging dan tulang yang telah dipotong-potong disusun dalam bagian-bagian kecil untuk selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik untuk dibagikan kepada fakir miskin dan tetangga kanan-kiri. Yang tersisa tinggal kulit, potongan kaki dan kepala kambing. Biasanya kulit kambing sudah dipesan oleh pengepul, tapi kepala dan kaki kambing biasanya jarang yang mau ambil. Padahal kepala dan kaki kambing dapat dijadikan makanan yang nikmat bin lezat bila bisa mengolahnya. Seperti yang sering saya jumpai di sekitar Jabodetabek banyak rumah makan dan warung tenda yang menyediakan menu sop kaki kambing, disana bisa kita jumpai selain kaki kambing yang telah disulap menjadi lunak (kecuali tulangnya) juga berbagai organ yang ada di kepala kambing seperti lidah, kuping, cingur/bibir, mata dan otak kambing, disamping juga disediakan jeroan seperti babat, usus, limba, hati dan terpedo kambing. Wah lazizz.....!

Berikut tips mengolah kepala kambing yang cukup keras, apalagi kambing garut yang sering nyeruduk-nyeruduk...!

Pertama, kepala kambing dibakar diatas bara api, tujuannya untuk menghilangkan bulu-bulunya. Jangan terlalu dekat dengan api karena kulit kambing akan gosong dan kupingnya pun bisa hangus. Bolak-balikkan kepala kambing sambil dikerok bagian bulu yang telah hangus terbakar hingga bersih seluruh bagiannya.
Kedua, kepala kambing direbus ke dalam air mendidih selama lebih kurang 30 menit untuk menghilangkan sisa bulu yang tidak habis terbakar.
Ketiga, setelah kulit kepala kambing benar-benar bersih, mulailah memotong bagian-bagian kulitnya hingga tersisa tengkoraknya, wuih serem....
Keempat, buka mulut kambing lebar-lebar, bukan untuk menyikat gigi kambing yang seumur-umur tidak pernah sikat gigi tapi sambil melepaskan kaitan rahangnya dan melepaskan mulut bawah dan lidahnya (hmmm....lidah juga banyak diminati karena stoknya cuma satu buah setiap ekor kambing, itupun panjangnya tak kurang dari 20 sentimeter).
Kelima, tahapan inilah yang paling mendebarkan dan butuh ekstra hati-hati karena harus membelah tengkorak kambing menjadi dua bagian untuk mengeluarkan otaknya (hmmm....sudah bisa membayangkan kelezatan otak kambing, dan cuma sekepal tangan untuk setiap ekornya). Belah dengan hati-hati tengkorak kambing dengan menggunakan golok, dibelah membujur dari belakang ke depan sehingga masing-masing tanduk menjadi terpisah. Otak kambing biasanya telah menggumpal akibat proses pembakaran dan perebusan yang cukup dan memudahkan untuk diangkat dari lubang tengkorak.
Dan, pfuihhh......selesai sudah sesi membongkar kepala kambing dan saya ucapkan selamat karena anda telah dapat menghancurleburkan kepala kambing yang menurut sebagian orang sulit melakukannya. Dan selamat pula karena otak kambing tidak pecah apalagi berantakan akibat terlalu keras dan bernafsu membelah kepala kambing menggunakan golok.



inilah hasil akhir kepala kambing yang begitu keras akhirnya terpotong-potong dan tercerai berai

gud lak....!

Postingan berikutnya adalah sesi Memasak Kepala Kambing, resepnya di inspirasi oleh masakan sebuah warung makan kecil di sebuah terminal kecil di desa kecil yaitu desa Nglorok Pacitan Jawa Timur.


Salam Chef Masjunet.

Senin, 15 November 2010

Antara Mbah Maridjan dan Mbah Rono



Alhamdulillah akhirnya aktivitas Merapi semakin mereda. Beberapa warga sudah mulai berani kembali ke rumahnya hanya untuk sekedar bersih-bersih dari abu dan pasir vulkanik. Erupsi Merapi selama bulan Oktober hingga November 2010 tergolong besar meskipun masih lebih besar erupsi pada tahun 1872.
Tanda-tanda peningkatan aktivitas Merapi diawali dengan beberapa kali munculnya gempa vulkanik disusul keluarnya abu dan hujan panas atau sering disebut wedhus gembel hingga keluarnya lava pijar yang terdorong oleh tekanan magma dalam perut bumi. Semua ini tak luput dari pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta dan semakin meningkatnya aktivitas Merapi akhirnya komando diambilalih oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementrian ESDM yang dikomandani oleh Surono.

Seluruh data pemantauan instrumental dan visual Merapi diolah, diserap, dan dianalisisnya untuk mengambil keputusan-keputusan penting, khususnya terkait dengan keamanan warga di sekitar Merapi—ini terkait dengan penentuan radius bahaya primer Merapi. Tugas yang diembannya amat berat mengingat faktor-faktor: tingkat kesulitan yang tinggi dalam memprediksi perilaku suatu gunung api, keselamatan jiwa warga yang dipertaruhkan, serta dampak-dampak sosial, ekonomi, dan psikologis dari sebuah keputusan. Di ranah itulah posisi Surono berada. Selalu menghadapi dilema dari waktu ke waktu. Hasil analisis dan keputusannya diteruskan sebagai rekomendasi kepada pemerintah daerah sekeliling Merapi dan pihak-pihak terkait lainnya.

Rekomendasi itu menjadi patokan bertindak, khususnya dalam upaya mitigasi dengan mengevakuasi warga. Maka, Surono pun sering dipanggil dengan sebutan Mbah Rono, mengacu pada panggilan kuncen gunung yang perannya dekat dengan warga. Salah satu saat paling krusial adalah saat dia menaikkan status Merapi dari Siaga (level III) menjadi Awas (level tertinggi), pada 25 Oktober. Status Awas mengandung konsekuensi: pemerintah harus mengungsikan puluhan ribu penduduk dari ”zona merah” saat itu radiusnya 10 kilometer dari puncak.

Mbah Maridjan yang memiliki nama asli Mas Penewu Surakso Hargo dikenal sebagai juru kunci Merapi. Jabatan ini konon diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, karenanya ia menjadi rujukan warga bila Merapi akan meletus dan menunggu komando untuk mengungsi atau tidak.
Simbah yang terkenal dengan slogan "rosa-rosa!" yang dilahirkan pada 5 Februari 1927 itu semakin terkenal sejak ia dengan gagah berani tidak mau meninggalkan kediamannya saat Merapi akan meletus tahun 2006 lalu, meskipun tanpa menggunakan peralatan untuk mendeteksi aktivitas gunung Merapi yang hendak meletus. Orang-orang sekitar mempercayai ada kemampuan "linuwih" dan Mbah Maridjan terlanjur dijadikan panutan, meskipun pada erupsi tahun ini Mbah Maridjan menginstruksikan masyarakat sekitar untuk mempercayai pemantauan Merapi dengan menggunakan teknologi seperti yang dilakukan oleh PVMBG, namun ada saja yang masih menunggu instruksinya Simbah. Bahkan Mbah Maridjan sendiri tidak bergeming di tempat kediamannya hingga awan panas menerjang dan Simbah-pun tak dapat diselamatkan.
Sebagian orang memuji sikap Mbah Maridjan dengan sebutan "juru kunci yang setia pada Merapi" hingga menemui ajalnya.
Meskipun ajal memang sudah ditentukan oleh Alloh Yang Maha Kuasa, namun manusia wajib ikhtiar untuk menghindarkan hal-hal yang membahayakan dirinya. Entah apa sebabnya Mbah Maridjan belum mau meninggalkan kediamannya masih menjadi tanda tanya. Apakah ia ingin menjadi orang terakhir yang turun setelah semua warga diselamatkan atau Simbah masih mempercayai sinyal-sinyal yang ia tangkap bahwa Merapi tidak jadi meletus seperti tahun 2006 lalu?
Entahlah, yang jelas peran juru kunci yang memahami tanda-tanda Merapi hendak meletus dan seberapa besar tingkat erupsinya pernah ia lakoni dan kadung dipercayai oleh warga sekitar Merapi.
Dan pada erupsi tahun ini fungsi juru kunci dimana aktivitas Merapi dipantau dan dikaji tingkat bahayanya secara ilmiah dengan menggunakan peralatan yang memadai.